Selain dikenal sebagai Kota Ukir, Jepara juga dikenal akan keindahan pantainya. Beberapa pantai berhasil diolah menjadi tempat wisata yang menarik, sebut saja misalnya Pantai Kartini, Pantai Bandengan, dll. Bahkan, nun jauh diseberang, Jepara juga memiliki Karimunjawa yang elok. Lalu, bagaimana pengelolaannya?
POTENSI wisata Jepara terutamanya daerah pantainya, saat ini memang berpotensi untuk menghasilkan Pendapatan asli daerah. Bagaimana tidak, di sepanjang pantai dari arah selatan Jepara sampai timur Jepara, pantai Jepara didominasi pasir putih. Pasir putih inilah yang menjadikan kawasan wisata di Jepara banyak disukai wisatawan domestik maupun luar negeri.
Tidak hanya itu, Jepara juga mempunyai banyak pulau yang menarik perhatian wisatawan. Salah satu pulau yang menarik para wisatawan adalah Karimunjawa. Sehingga tidak heran, wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini, akan mengatakan Jepara merupakan Bali kedua.
Untuk memaksimalkan potensi wisata tersebut, Pemkab Jepara bahkan sampai mengeluarkan uang miliaran rupiah. Di tahun 2010 ini, pemkab akan melakukan perbaikan beberapa fasilitas di Pantai Kartini, Pungkruk, Pantai Bandengan, dan Benteng Portugis.
Demikian yang diungkapkan oleh Kabid Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jepara, Zamroni Lestiaja. Menurutnya, saat ini kawasan wisata baru yang dikelola pemkab adalah kawasan Pantai Pungkruk. Pantai tersebut sejak 2009 telah beralih ke pemkab yang sebelumnya dikelola oleh desa setempat. Untuk melakukan renovasi kawasan Pungkruk, pada 2010, pihak Pemkab menyiapkan dana Rp 150 Juta. Dana ini dikhususkan pada pembangunan gapura masuk di dekat Pasar Demeling, Desa Suwawal, Kecamatan Mlonggo.
''Gapura atau tugu yang dibangun tersebut sebagai tanda masuk ke kawasan wisata Pantai Pungkruk sebagai kawasan khusus kuliner dan pantai,'' bebernya.
Sedangkan untuk Pantai Bandengan dianggarkan sekitar Rp 450 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan taman kolam dan loket penarikan tiket. Sedangkan untuk Pantai Kartini dialokasikan dana sekitar Rp 3,9 miliar. Dana ini diperuntukan khusus untuk penyempurnaan bangunanan kura-kura. Sedangkan untuk kawasan wisata Benteng Portugis disediakan dana sekitar Rp 2,1 miliar.
''Untuk Benteng Portugis pembangunannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu sekitar lima tahun sejak tahun ini. Di Benteng Portugis, rencananya akan dibangun cagar alam, museum, dermaga, bangunan serba guna, dan beberapa fasilitas lainnya,'' jelasnya.
Untuk 2010, ungkap Zamroni, pihaknya menargetkan PAD dari sektor wisata mampu mencapai Rp 666,5 juta. ''Kami optimistis target yang kami perkirakan akan mampu terpenuhi bahkan bisa lebih,'' tegasnya.
Menurut Zamroni, dalam pengelolaan pariwisata pihaknya berharap mampu menjadikan sektor ekonomi lainnya mampu berkembang. Bahkan, sektor ekonomi ini mampu merambah ke masyarakat.
Diungkapkannya, masyarakat yang berada didekat sektor wisata pantai rata-rata berprofesi sebagai pedagang, nelayan, dan furniture. ''Sebagian besar memang bergerak di tiga sektor tersebut (pedagang, nelayan, dan furniture, Red). Kecuali di kawasan Benteng Portugis yang kebayakan bertani dan berdagang,'' jelasnya.
Sementara itu, dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Nahdlotul Ulama yang sekaligus Pakar Wisata di Jepara, Samsul Arifin, mengungkapkan, ketika membahas pariwisata, pembahasannya harus menyeluruh. Semua lini yang berkaitan dengan wisata harus dilihat dan dikaji. Semisal pelaku, objek wisata, masyarakat, keamanan dan pemerintah.
''Menurut saya semua lini yang berkaitan dengan pariwisata harus disiapkan dengan betul-betul sehingga sapta pesona ini dapat tercipta,'' tandasnya.
Sebelum melakukan teknis, lanjutnya, diperlukan adanya kesepahaman dengan semua pihak terutama yang behubungan langsung dengan objek wisata dan objek pendukungnya.
Hal yang paling urgen dan tepat untuk dilakukan pemkab saat ini, tegasnya, adalah melakukan penyuluhan yang benar pada semua lini atau pihak yang terkait. Penyuluhan ini bisa dilakukan dari dinas dengan bekerja sama dengan pihak yang berkompeten.
''Untuk itu baik dari dinas terkait, budaya, seni, perdagangan dan pelaku yang lain termasuk adalah keamanan, harus dikumpulkan dan diajak diskusi bersama,'' usulnya.
Sedangkan untuk Benteng Portugis, menurut Samsul, merupakan bagian dari sejarah dan merupakan kawasan khusus yang harus dilestarikan. ''Seandainya akan dibangun jangan sampai melupakan sejarah. Sehingga, jangan sampai hanya melihat dari sektor wisatanya saja. Karena kawasan Benteng Portugis berbeda dengan tempat wisata lainnya,'' paparnya.
Saat dilakukan pembangunan Kawasan Wisata Benteng Portugis adalah kehati-hatain. Ketika terpaksa dibangun sebuah bangunan, bangunan tersebut harus mampu dibangun bentuk atau modelnya seperti bangunan pada zamannya.
''Jangan dibentuk modern atau bangunan saat ini. Karena di Benteng Portugis, bangunannya mampu dimanfaatkan untuk pendidikan dan edukasi bagi kaum pelajar dan juga untuk tempat sejarah. Bahkan, bila dimungkinkan untuk tempat penelitian bagi sejarah tempo dulu,'' jelasnya.
Menurut Samsul, kawasan pantai di Jepara sangat berpotensi untuk tempat wisata. Namun, pengerjaan yang fokus oleh pemkab lebih baik dari pada banyak wisata tapi tidak fokus pengerjaannya.
''Pantai kita mempunyai panjang sekitar 72 kilometer. Potensi tersebut mulai dari bagian timur, yaitu Teluk Awur, Pantai Kartini, Bandengan, Pungkruk, Ombak Mati, Bondo, Seribu Akar, PLTU, Pasir Besi, Benteng Portugis, dan potensi wisata pantai lainnya. Namun pengelolaan Pantai Bandengan, Benteng Portugis, Pantai Kartini, dan Pantai Pungkruk oleh pemkab nampaknya sudah cukup. Yang penting pembangunannya lebih fokus,'' pintanya. (zen/rus)
POTENSI wisata Jepara terutamanya daerah pantainya, saat ini memang berpotensi untuk menghasilkan Pendapatan asli daerah. Bagaimana tidak, di sepanjang pantai dari arah selatan Jepara sampai timur Jepara, pantai Jepara didominasi pasir putih. Pasir putih inilah yang menjadikan kawasan wisata di Jepara banyak disukai wisatawan domestik maupun luar negeri.
Tidak hanya itu, Jepara juga mempunyai banyak pulau yang menarik perhatian wisatawan. Salah satu pulau yang menarik para wisatawan adalah Karimunjawa. Sehingga tidak heran, wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini, akan mengatakan Jepara merupakan Bali kedua.
Untuk memaksimalkan potensi wisata tersebut, Pemkab Jepara bahkan sampai mengeluarkan uang miliaran rupiah. Di tahun 2010 ini, pemkab akan melakukan perbaikan beberapa fasilitas di Pantai Kartini, Pungkruk, Pantai Bandengan, dan Benteng Portugis.
Demikian yang diungkapkan oleh Kabid Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jepara, Zamroni Lestiaja. Menurutnya, saat ini kawasan wisata baru yang dikelola pemkab adalah kawasan Pantai Pungkruk. Pantai tersebut sejak 2009 telah beralih ke pemkab yang sebelumnya dikelola oleh desa setempat. Untuk melakukan renovasi kawasan Pungkruk, pada 2010, pihak Pemkab menyiapkan dana Rp 150 Juta. Dana ini dikhususkan pada pembangunan gapura masuk di dekat Pasar Demeling, Desa Suwawal, Kecamatan Mlonggo.
''Gapura atau tugu yang dibangun tersebut sebagai tanda masuk ke kawasan wisata Pantai Pungkruk sebagai kawasan khusus kuliner dan pantai,'' bebernya.
Sedangkan untuk Pantai Bandengan dianggarkan sekitar Rp 450 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan taman kolam dan loket penarikan tiket. Sedangkan untuk Pantai Kartini dialokasikan dana sekitar Rp 3,9 miliar. Dana ini diperuntukan khusus untuk penyempurnaan bangunanan kura-kura. Sedangkan untuk kawasan wisata Benteng Portugis disediakan dana sekitar Rp 2,1 miliar.
''Untuk Benteng Portugis pembangunannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu sekitar lima tahun sejak tahun ini. Di Benteng Portugis, rencananya akan dibangun cagar alam, museum, dermaga, bangunan serba guna, dan beberapa fasilitas lainnya,'' jelasnya.
Untuk 2010, ungkap Zamroni, pihaknya menargetkan PAD dari sektor wisata mampu mencapai Rp 666,5 juta. ''Kami optimistis target yang kami perkirakan akan mampu terpenuhi bahkan bisa lebih,'' tegasnya.
Menurut Zamroni, dalam pengelolaan pariwisata pihaknya berharap mampu menjadikan sektor ekonomi lainnya mampu berkembang. Bahkan, sektor ekonomi ini mampu merambah ke masyarakat.
Diungkapkannya, masyarakat yang berada didekat sektor wisata pantai rata-rata berprofesi sebagai pedagang, nelayan, dan furniture. ''Sebagian besar memang bergerak di tiga sektor tersebut (pedagang, nelayan, dan furniture, Red). Kecuali di kawasan Benteng Portugis yang kebayakan bertani dan berdagang,'' jelasnya.
Sementara itu, dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Nahdlotul Ulama yang sekaligus Pakar Wisata di Jepara, Samsul Arifin, mengungkapkan, ketika membahas pariwisata, pembahasannya harus menyeluruh. Semua lini yang berkaitan dengan wisata harus dilihat dan dikaji. Semisal pelaku, objek wisata, masyarakat, keamanan dan pemerintah.
''Menurut saya semua lini yang berkaitan dengan pariwisata harus disiapkan dengan betul-betul sehingga sapta pesona ini dapat tercipta,'' tandasnya.
Sebelum melakukan teknis, lanjutnya, diperlukan adanya kesepahaman dengan semua pihak terutama yang behubungan langsung dengan objek wisata dan objek pendukungnya.
Hal yang paling urgen dan tepat untuk dilakukan pemkab saat ini, tegasnya, adalah melakukan penyuluhan yang benar pada semua lini atau pihak yang terkait. Penyuluhan ini bisa dilakukan dari dinas dengan bekerja sama dengan pihak yang berkompeten.
''Untuk itu baik dari dinas terkait, budaya, seni, perdagangan dan pelaku yang lain termasuk adalah keamanan, harus dikumpulkan dan diajak diskusi bersama,'' usulnya.
Sedangkan untuk Benteng Portugis, menurut Samsul, merupakan bagian dari sejarah dan merupakan kawasan khusus yang harus dilestarikan. ''Seandainya akan dibangun jangan sampai melupakan sejarah. Sehingga, jangan sampai hanya melihat dari sektor wisatanya saja. Karena kawasan Benteng Portugis berbeda dengan tempat wisata lainnya,'' paparnya.
Saat dilakukan pembangunan Kawasan Wisata Benteng Portugis adalah kehati-hatain. Ketika terpaksa dibangun sebuah bangunan, bangunan tersebut harus mampu dibangun bentuk atau modelnya seperti bangunan pada zamannya.
''Jangan dibentuk modern atau bangunan saat ini. Karena di Benteng Portugis, bangunannya mampu dimanfaatkan untuk pendidikan dan edukasi bagi kaum pelajar dan juga untuk tempat sejarah. Bahkan, bila dimungkinkan untuk tempat penelitian bagi sejarah tempo dulu,'' jelasnya.
Menurut Samsul, kawasan pantai di Jepara sangat berpotensi untuk tempat wisata. Namun, pengerjaan yang fokus oleh pemkab lebih baik dari pada banyak wisata tapi tidak fokus pengerjaannya.
''Pantai kita mempunyai panjang sekitar 72 kilometer. Potensi tersebut mulai dari bagian timur, yaitu Teluk Awur, Pantai Kartini, Bandengan, Pungkruk, Ombak Mati, Bondo, Seribu Akar, PLTU, Pasir Besi, Benteng Portugis, dan potensi wisata pantai lainnya. Namun pengelolaan Pantai Bandengan, Benteng Portugis, Pantai Kartini, dan Pantai Pungkruk oleh pemkab nampaknya sudah cukup. Yang penting pembangunannya lebih fokus,'' pintanya. (zen/rus)